JURNALISTIK MEDIA ONLINE
(KARAKTER PEMBACA MEDIA ONLINE)











OLEH :
Elsa Claudia S.
CID318121



JURUSAN JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020







A. Karakter pembaca media online

Keunggulan media online yang membedakannya dari media lain adalah fungsi interaktif. Sifatnya yang dua arah dan egaliter itulah yang kemudian melahirkan karakteristik pembaca yang otonom dalam menentukan informasi mana yang mampu "menjawab" kebutuhannya. Media online lantas memberi peluang kepada setiap pembacanya untuk hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya dan melewatkan informasi yang tidak dibutuhkannya.

Kecenderungan ini, yang didukung oleh evolusi mesin seperti google semakin memperketat persaingan diantara media online untuk menyajikan informasi yang paling dibutuhkan pembaca. Pembaca adalah raja, dan karena itu setiap orang yang ingin bergelut dengan media online perlu memahami seperti apa karakter pembaca atau pengguna media online. Hanya dengan "menjadi pelayan yang baik", yang memahami keinginan dan kebutuhan pembacanya, sebuah media online akan mendapat tempat di hati pembacanya.

1. Karakteristik user media online

• Pembaca atau pengguna yang rutin mengunjungi situs media online dan membaca berita dengan cukup cermat, tapi tak pernah tergoda meninggalkan komentar. Sesekali mungkin pembaca tipe ini akan membagikan berita ke jejaring sosial mereka kalau isi beritanya dirasa relevan sama hidup mereka tapi interaksi mereka dan si media online akan sampai di situ saja. Sadar atau tidak, mereka jadi pembaca yang misterius. Reaksi mereka tentang berita yang mereka baca seringkali tidak tertebak.

• Pembaca atau pengguna yang aktif menjadi bagian dari media online tersebut. Mereka rutin berkunjung dan selalu menyempatkan diri untuk membaca minimal satu artikel atau berita baru. Mereka biasanya sudah mengikuti Facebook fanpage, akun Twitter dan web resmi berita media online itu agar bisa memantau berita - berita yang baru saja keluar. Yang patut dipuji, mereka juga rajin berusaha untuk menerapkan apa yang mereka baca di media online itu dalam kehidupan nyata jika itu baik.

• Pembaca atau pengguna yang menghubungkan suatu berita yang menurut mereka sesuai sama keadaan mereka saat itu.

•   Tipe pembaca atau pengguna yang ini “jatuh cinta” pada berita - berita yang bertema kesuksesan, inspirasi, dan motivasi. Mereka adalah orang-orang yang sedang mencari atau malah sudah ketemu sama passion mereka dan berusaha selalu positif saat menapaki jalur passion yang terjal. Berita atau artikel inspiratif tentang kesuksesan dan passion akan membuat mereka semakin tergugah untuk maju.

•    Pembaca atau pengguna media online yang membaca artiket atau berita di media sosial sering mereka hubungkan dalam kehidupan nyata mereka akan lebih bersifat “ceria”.

• Pembaca atau pengguna yang suka memposting di forum-forum online. Pembaca tipe ini rutin mengunjungi media online untuk mencari artikel yang layak mereka bagikan ke forum.Kadang mereka hanya akan mengambil inspirasi dari artikel itu lalu mengembangkannya dengan kreativitas sendiri. Tapi, banyak juga yang langsung melakukan copy paste. Kadang mereka akan mencantumkan sumber, tapi ada juga yang lupa cantumkan sumbernya.

•  Tipe pembaca atau pengguna yang ini adalah mereka yang berpikiran terbuka dan mudah percaya akan kemampuan orang lain. Jadinya, mereka sering bertanya pada kontributor media atau admin sosmed media online tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Ada yang bertanya soal suplemen kesehatan, atau juga curhat tentang bagian paling personal dari kehidupannya.

•   Tipe pembaca atau pengguna yang satu ini “lucu” dan unik. Sebagus apapun suatu berita, mereka akan lebih suka mengomentarin gambarnya, muka penulisnya, atau bahkan cuaca hari itu.

•    Pengguna yang aktif mengakses informasi di dunia maya. Mereka (hanya) suka membaca blog, mendengarkan podcast, menonton video online yang di-upload konsumen lain, membaca di forum online, memantau tweet/membaca komentar orang lain, membaca review (film/lainnya) yang dibuat konsumen lain. Mereka adalah penikmat informasi.

• Pengguna yang tidak berpartisipasi sama sekali dalam groundswell. Mereka menggunakan internet hanya untuk kegiatan sederhana seperti membuka email dan mencari informasi ringan. Mereka tak terlibat dalam kegiatan interaktif/sosial.

• Pembaca atau pengguna yang akan mengungkapkan hal-hal yang kurang mereka setujui di artikel atau berita tersebut, dengan tetap berpegang pada konteks dan logika yang kuat. Tipe ini biasanya cerdas dan bisa berdebat dengan kepala dingin tanpa melenceng dari konteks. Mereka tidak harus netral, karena setiap orang punya hak untuk berpendapat. Tapi, mereka akan selalu ingat bahwa suatu pendapat harus didukung oleh argumen yang kuat. Mereka pun bakal tetap bisa sopan pada orang lain yang berbeda pendapat. 

• Para pengguna yang aktif menciptakan konten untuk dipublikasi dan didistribusi online secara bebas. Mereka menulis berita bahkan artikel di blog, mengelola website, meng-upload video/audio/musik. Konten itu dibuat dan di posting di media online baik itu di media sosial maupun di situs web.

•  Pengguna yang senang menjadi orang yang lebih dahulu tahu mengenai berita terbaru. Mereka senang mengumpulkan informasi/ berita dan mengelompokkan nya.


2.Cara user membaca situs web

Berdasarkan hasil wawancara, cara user membaca situs web yaitu :
  • Menilai situs dalam 1-20 detik!
  • Sekitar 80% memindai (melihat dari kiri atas ke kanan), lalu gambar, grafis, desain.
  • Umumnya ingin membaca tulisan di internet secara cepat –pembaca judul dan lead.
  • Pertama kali melihat teks (78%), bukan foto atau grafik.
  • Secara umum, user pertama kali tertarik pada judul, ringkasan tulisan, atau caption.
  • Tidak membaca kata per kata, tetapi lebih banyak memindai (scan) (79%, hanya 16% yang membaca kata per kata) tampilan situs, terutama kata-kata yang di-highlight, jenis huruf berbeda, penyajian dengan butir-butir (numerik/bullet/numbering).
  • Lebih menyukai judul yang tepat pada sasaran (straightforward) dibandingkan judul yang lucu atau cantik.
  • Membaca ringkasan atau tulisan pendek –karena membaca di layar monitor komputer 25% lebih lambat dibandingkan membaca media cetak.
  • Tidak berlama-lama di satu situs. User tidak sabaran, memiliki wewenang penuh untuk pindah atau tetap di satu situs.
  • Kunjungan selama 10 menit sudah termasuk lama.
  • Daya tahan mata di depan layar monitor terbatas.
  • Cara mereka membaca berita di situs web yaitu dengan melihat judul beritanya terlebih dahulu, kemudian melihat gambar dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya, jika menarik perhatian maka mereka akan search di mesin pencari dan mengecek sampai akar dari media online tersebut dan akan mengikuti dari awal. Apalagi jika mereka menemukan berita hangat. Sebenarnya semua tergantung dengan media nya tersebut karena jika media bisa memberikan apa yang dibutuhkan para pengguna maka media tersebut akan selalu dicari oleh para pengguna media onlline


3. Hoax trand dalam media online

    Saat ini banyak sekali berita-berita hoax yang sangat mudah kita temukan di media online. Hoax merupakan ketidak benaran suatu informasi yang beredar di masyarakat, baik melalu sosial media ataupun secara langsung (lisan). Berbicara mengenai Hoax, di era saat ini, sebagian besar masyarakat masih banyak yang mempercayai beredarnya berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beredarnya berita hoax dapat menggiring opini masyarakat serta dapat menimbulkan keresahan. Selain itu, berita hoax juga dapat mengakibatkan mudah tersulutnya emosi masyarakat, dapat merugikan siapa pun yang menjadi objek pemberitaan tersebut, serta dapat mengakibatkan konflik berkepanjangan.

  Menurut Silverman, berita palsu dibuat untuk menarik harapan dan ketakutan masyarakat yang tak terbatas kenyataan. padahal seharusnya kenyataan memberi batas berita mana yang bisa dibagi dan tidak. Tahun 1940-an, peneliti mengungkap ”semakin rumor itu disebar, maka akan semakin masuk akal.” Peneliti menyebutkan hasil penelitiannya mengungkap rumor lahir dari kecurigaan, kemudian terbiasa diketahui, lalu mengubah pemikiran dan opini publik. Ilusi tentang kebenaran dibuktikan secara empiris pada tahun 1977.

    Peneliti di Amerika membuat kuis untuk mahasiswa tentang benar atau salahnya sebuah pernyataan. Hanya dengan mengulang sebuah pernyataan, cukup untuk meningkatkan kepercayaan mahasiswa akan kebenarannya. Setahun lalu, Liza Fazio dan timnya dari Vanderbilt University di Tennessee mengungkap mahasiswa bisa lebih mempercayai pernyataan jika itu diulang-ulang. Meskipun mereka tahu pernyataan tersebut salah. ”Penelitian kami mengungkap meski seseorang tahu bahwa judul beritanya salah, dengan membacanya berulang-ulang, akan membuatnya tampak benar,” kata Fazio. Meski begitu, penelitian mengungkap pengetahuan utama seseorang masih menjadi pertimbangan utama dalam penentuan benar atau salah sebuah pernyataan. Tapi tren berita bohong yang ditampilkan atau dibaca berulang-ulang, tetap memperngaruhi opini mereka.

 Contoh berita hoax yang menimbulkan keresahan adalah berita mengenai 10 juta tenaga kerja China masuk Indonesia. Disebutkan dalam berita tersebut Indonesia akan kedatangan tenaga kerja asing asal China dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung yakni 10 juta orang bahkan ada yang mengabarkan mencapai 20 juta orang. Hal ini menimbulkan ketakutan masyarakat dimana lowongan pekerjaan akan semakin berkurang karena diisi oleh tenaga kerja asing asal China sedangkan di Indonesia sendiri pun angka pengangguran masih terbilang cukup tinggi. Menurut Joko Widodo, jumlah tenaga kerja asing asal China sekitar 21.000. Jumlah ini disebut jauh lebih kecil dibandingkan jumlah TKI di Hong Kong yang mencapai 153 ribu orang. Presiden juga menilai isu yang beredar soal TKA ke Indonesia tidak logis sebab upah bekerja di Indonesia rata-rata masih Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta, sedikit lebih rendah dibandingkan di China yang bisa diupah hingga di atas Rp 5 juta.

   Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai akibat yang ditumbulkan berita hoax salah satunya yaitu mudah tersulutnya emosi masyarakat. Dampak tersebut nyatanya benar-benar terjadi di masyarakat, dimana mereka mempercayai isu-isu hoax yang tersebar sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain yang dianggap sebagai objek dari isu tersebut. Contoh kasusnya adalah isu penculikan anak yang ramai dibincangkan belakangan ini yang membuat para orang tua resah. Berdasarkan berita yang dilansir media online viva.co.id, di Sumenep Madura, reaksi ini muncul dengan aksi pemukulan dan penganiayaan terhadap tiga pengidap gangguan jiwa. Lantaran karena mempercayai bahwa ciri penculik anak itu adalah berpura-pura gila atau seperti pengemis, akhirnya para pengidap gangguan jiwa di daerah itu jadi korban pemukulan. Kasus serupa juga terjadi di Sumatera Selatan, dua perempuan pengidap gangguan jiwa, Kus dan Mul, juga menjadi korban kalapnya warga. Isu penculikan anak ini pun berbuah kematian yang menimpa Maman Budiman (53), seorang kakek yang hendak menjenguk cucunya di Desa Amawang Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat. Kakek ini pun meregang nyawa setelah dihakimi warga yang mengira bahwa ia adalah penculik anak karena membawa karung.

 Beberapa contoh kasus diatas mengindikasikan bahwa berita hoax sudah sudah semakin marak dan banyak membawa pengaruh negatif dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini pun tentunya harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk menangani tersebarnya isu-isu hoax. Data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech). Pemerintah pun telah melakukan cara-cara untuk mengatasi kasus berita hoax ini dengan melakukan penapisan atau penyaringan untuk situs, sedangkan untuk media sosial, pemerintah bekerja sama dengan penyedia media sosial tersebut.

     Penanganan kasus hoax tidak cukup hanya ditangani oleh pemerintah saja, namun juga dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan maupun secara individual. Lembaga pendidikan dapat berperan dalam memberikan edukasi mengenai ciri-ciri berita hoax dan bagamana cara menyikapi hal tersebut. Sedangkan secara personal masyarakat juga dapat membantu dalam meminimalisir tersebarnya berita hoax yakni dengan tidak mudah percaya dengan judul berita provokatif yang berupa tuduhan pada pihak tertentu dengan plagiasi dari sebuah akun resmi lalu diubah kembali, kemudian cermati alamat situs yang tidak resmi, lalu periksa fakta apakah berita tersebut asli atau tidak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Teknologi Terhadap Sosial Budaya